Apa saja yang perlu kamu lakukan dalam mengatur keuangan setelah Lebaran? Yuk simak tips menata ulang arus kas berikut.
Bagaimana perayaan Lebaran kamu tahun ini? Semoga saja perayaan Lebaran kamu tahun ini tetap berkesan meskipun ada pembatasan jarak dengan orang-orang tercinta, ya. Aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang masih diterapkan saat ini memang membuat kita tidak lagi leluasa berkumpul dengan kerabat untuk merayakan hari kemenangan. Tetapi, ingatlah bahwa selalu ada sisi positif dalam segala hal.
Termasuk saat PSBB ini, dampak positif yang bisa kamu rasakan ialah, terhindar dari potensi penyebaran virus corona. Dampak positif selanjutnya yang bisa kamu rasakan dalam masa karantina ini ialah dalam hal keuangan.
Pembatasan sosial membuat kamu bisa melakukan banyak penghematan, karena tidak ada biaya mudik, tidak ada biaya beli baju Lebaran, biaya menyiapkan makanan juga jauh lebih sedikit karena tidak ada kumpul keluarga dalam jumlah besar, tidak butuh banyak anggaran untuk angpao, dan sebagainya.
Dalam waktu bersamaan, di masa ini kamu menerima beberapa pemasukan seperti gaji tetap, tunjangan hari raya (THR), atau penghasilan tambahan dari bisnis sampingan. Agar pemasukan ini tidak meluap dan dompet tetap sehat, tentu kamu perlu mengelolanya.
Bagaimana mengelola keuangan sehabis Lebaran?
Apa saja yang perlu kamu lakukan dalam mengatur keuangan setelah Lebaran? Yuk simak tips menata ulang arus kas berikut.
Untuk memperbaiki arus kas masuk, hal pertama yang bisa kamu lakukan adalah mencari peluang untuk menambah pendapatan. Ini bisa dicapai melalui dua jalan. Pertama, kamu bisa mencari pekerjaan baru yang menawarkan gaji yang lebih tinggi. Atau kedua, mencari tambahan penghasilan dari pekerjaan sampingan.
Hanya saja, mencari penghasilan lebih besar memang bukan tugas yang mudah di masa pandemi COVID-19. Jadi, yang lebih mungkin dilakukan dalam situasi saat ini adalah mencari pemasukan tambahan.
Meski tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya, namun momen bulan puasa dan Lebaran biasanya menyedot pengeluaran ekstra seperti sedekah dan infaq, THR karyawan, belanja untuk makanan buka puasa, dan belanja untuk perayaan Lebaran itu sendiri.
Agar keuangan kamu setelah Lebaran kembali sehat, pastikan kamu segera mengembalikan arus kas keluar di bulan Juni ke pola yang normal. Caranya dengan disiplin mengatur pengeluaran agar tidak melampaui pemasukan. Kembali selektif dalam mengelola pengeluaran untuk mengkompensasi pelonggaran yang kamu lakukan selama bulan puasa dan Lebaran.
Menerima gaji dan THR sekaligus membuat kas kamu lebih besar sekarang. Ini bisa dihitung sebagai tambahan dana darurat. Meski sedang kelebihan kas, namun sebaiknya kamu tetap bijak menggunakan dana darurat ini.
Karena, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti dan sampai kapan pandemi ini akan berlangsung. Selama situasi tidak menentu, ada baiknya kamu tetap mengencangkan ikat pinggang dengan mengendalikan pengeluaran setelah Lebaran. Ada beberapa strategi yang bisa kamu coba.
1. Membatasi pengeluaran untuk konsumsi harian
Selama masa puasa juga Lebaran kemarin, kamu sangat mungkin lebih royal dalam berbelanja makanan dan minuman untuk sahur maupun berbuka. Ini sesuatu yang sangat wajar, karena kamu ingin sahur dan berbuka dengan menu yang enak agar tambah semangat untuk puasa di hari-hari berikutnya.
Namun yang perlu diingat, pola belanja konsumtif semacam ini tidak layak dipertahankan di bulan-bulan normal. Jadi? Hitung ulang anggaran pengeluaran untuk konsumsi. Idealnya, total biaya rutin bulanan, termasuk anggaran makanan dan minuman sehari-hari, tidak melampaui separuh dari seluruh pemasukan.
2. Mengurangi belanja barang tersier
Meski tidak bisa ke mana-mana dan tidak bisa mudik, pasti ada saja terbersit keinginan untuk belanja baju atau sepatu Lebaran. Kamu juga mungkin saja tergoda akan diskon online dari marketplace sehingga momen ini mendorong kamu untuk membeli barang-barang elektronik, baik untuk diri sendiri maupun untuk hadiah bagi orang lain.
Belanja barang elektronik, atau barang konsumsi lain yang nilainya lumayan besar, memang biasa kita lakukan di masa perayaan. Cuma, belanja semacam ini tentu tak bisa kita lakukan sepanjang tahun. Karena itu, kamu tak cuma harus “puasa” belanja konsumtif semacam ini, tetapi juga harus kuat menghadapi godaan iklan.
3. Cermati utang
Apakah utang kamu melonjak selama pandemi dan Lebaran ini? Kalau ya, maka yang perlu kamu lakukan setelah Lebaran adalah menata kembali utang, baik utang kartu kredit (KK), kredit tanpa agunan (KTA) dan pinjaman online, maupun utang kepada perorangan. Hitung seberapa besar cicilan yang kamu harus lunasi.
Buat prioritas utang yang harus dilunasi segera, mulai dari utang berbiaya mahal seperti KK, KTA, dan pinjaman online, hingga utang berbiaya ringan seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).
4. Alokasikan dana untuk tabungan, investasi, dan asuransi
Dalam pengelolaan keuangan pribadi, pemasukan seharusnya tidak habis untuk menutup biaya dan pengeluaran saja. Jika itu terjadi, kamu akan mengalami kesulitan finansial di masa tua nanti, atau saat tidak bisa bekerja.
Yang seharusnya kamu lakukan adalah memastikan bahwa ada bagian dari pendapatan yang dialokasikan untuk ditabung atau ditempatkan dalam produk investasi. Bagian inilah yang akan menjadi kekayaan kamu di masa depan. Selain itu, jangan lupa pula melindungi aset keuanganmu dengan produk proteksi berupa asuransi.
Sehingga, kebiasaan baik yang harus segera dimulai lagi setelah Lebaran ialah mengalokasikan sebagian penghasilan untuk tabungan, investasi, dan asuransi. Idealnya, ketiga pos itu mengambil porsi 10%-30% dari penghasilan bulananmu.
Jika kamu masih memiliki kewajiban dalam nilai besar, seperti cicilan KPR, dan cicilan kendaraan, usahakan 10% dari penghasilan kamu dialokasikan untuk tabungan, investasi, dan asuransi. Namun jika kamu tidak lagi memiliki utang dalam nilai besar, maka porsi dari penghasilan yang bisa dialokasikan untuk ketiga pos ini seharusnya lebih besar.
Selain itu, kamu seharusnya memperbesar bagian dari pendapatan untuk ditabung atau diinvestasikan setiap tahunnya. Jika tahun lalu, kamu menyisihkan Rp1 juta dari pendapatan per bulan untuk investasi, maka di tahun ini kamu sebaiknya menyisihkan, setidaknya, Rp1,5 juta dari pendapatan per bulan untuk investasi.
Perayaan Lebaran terkadang memang menyedot pengeluaran ekstra. Namun dengan kembali mengelola keuangan sehabis Lebaran, semoga keuangan kamu bisa sehat kembali.